Minggu, 06 November 2011

RAHASIA SYAHRAIN PRA RAMADHAN

Rajab dan Syaban
Bulan Rajab adalah bulan yang agung yaitu bulan yang ketujuh dalam hitungan bulan hujriyah. Pada bulan ini Allah swt. telah membuka mata umat kaum musrikin yang pada masa zaman jahiliyah. Betapa tidak, pada bulan yang mulia ini Allah swt. memperjalankan hambanya yang bernama Muhamad bin Abdullah dari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha pada waktu malam hari. Allah swt berfurman dalam alquran :

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Israa [17] : 1)
Perjalanann ini merupakan sebuah gambaran umum bagi kita semua bahwa urusan-uruasan yang bersifat sosial kemanusiaan (Hablun Minannaas) harus terlebih dahulu dibangaun, agar terciptanya sebuah kedamaian dan kesejahteraan. Jika hal ini telah terbentuk maka aspek yang lain kaan mudah dilakukan. Kita tidak boleh mengesampingkan ibadah yang bersifat horizontal karena justru ibadah inilah yang paling besar dan berpengaruh. Rasulullah mengajarkan bagaimana kita semua hidup berdampingan dengan tetangga dan bagiamana seharusnya kita bersikap dengan tetangga bahkan rasul menyatakan dengan tegas tidak akan masuk syurga bagi siapa yang membuat resah tetangganya. Inilah gambaran betapa pentingnya hubungan antar sesame manusia (Hablun Minannaas)

Setelah diisrakan oleh Allah swt. Muhamad bin Abdullah melaksanakan mi’raj atau naik ke langit, dari masjidil Aqsha di Palestina menuju sidratul muntaha. Hal ini menggambarkan dengan jelas bahwa berhubungan kepada Allah swt. (Hablun Minallah) harus dibangun berdasarkan kekokohan secara menyeluruh, maksudnya ibadah kita bisa diterima oleh Allah swt.  apabila ibadah mu’amalah kita telah baik, dan tertanam baik dengan sesama manusia. Jika ibadah mu’amalah tersebut masih belum tertata rapi kemungkinan ibadah tersebut tidak sampai kepadaNYA. Allah swt tidak menerima ibadah seseorang apabila dihatinya ada riya, inilah gambaran secara jelas bahwa amalam mu’amalah kita harus baik dan berusaha untuk menghindari  urusan mu’amalah yang tidak baik.

Dari perjalanan mi’raj nabi muhamad saw kita disadarkan dengan hubungan secara horizontal dan vertical dengan baik, kedua hubungan ini dapat disatukan dan harus ada dalam diri orang-orang muslim. Jika tertata dengan baik maka itulah sebaik-baiknya manusia; ahsanu taqwim.

Hitungan bulan yang selanjutnya adalah hiungan bulan kedelapan yaitu bulan syaban. Pada bulan ini amalan-amalan  kita akan dilaporkan dan dibukukan, oleh karena itu maka rapor yang akan kita serahkan harus memiliki nilai yang baik. Jika nilai rapor sekolah siswa ada yang tidak memenuhi standar maka guru akan memberikan teguran kepada siswa dengan berupa memenggilnya dan kemudian memberiakan nasihatnya.  Akan tetapi allah memiliki cara lain, ia memiliki cara yang sungguh sangat baik dan bijak ketika memberikan teguran kepada hambanya.

Jika kita tidak ingin rapor itu memeiliki nilai yang buruk maka jangan berbuat pelanggaran, dan rumusnya sebetulnya sangat mudah hanya  taat dan patuh saja. Hanya saja manusia terbawa oleh hawa nafsunya sehingga ketaaan tersebut bisa tertutupi oleh nafsu lawwamah dan ammarah.

Alquran membagi nafsu itu menjadi tiga, yaitu nafsu amarah, nafsu lawwamah dan nafsu mutmainnah.  Nafsu ammarah adalah nafsu yang selalu mendorong kepada kejahatan allah berfirman “ dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf [12] : 53).

Nafsu lawwamah adalah nafsu yang selalu membuat seseorang tidak puas dengan apa yang telah diperlahnya dan berusaha berbuat dan memperoleh sesuatu yang lebih baik dari yang sudah diperoleh.  Penulis sendiri lebih tepatnya mengaratikan nafsu ini adalah “rasa ketidakpuasan”. Jika ketidakpuasan ini dijadikan untuk hal yang positif  tentu sangat dianjurkan, misalnya kita diharuskan mencari ilmu dan jangan puas dengan ilmu yang telah kita miliki. Tetapi jika ketidakpuasaan lebih kepada hal yang negative seperti korupsi dan berzina dan kemudian melakukan hal-hal yang dilauar syariat maka harus diabaikan, ditinggalkan dan segera bertaubat kepada Allah swt. “dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri)bila ia berbuat kebaikan ia juga menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan”. (QS. Al-Qiyamah [75] :2)

Sedangkan nafsu yang terakhir adalah nafsu mutmainnah, yaitu nafsu yang tenang dan patut dimiliki harus terus dijaga oleh setiap diri manusia. Nafsu mutmainnah sellau mendorong pemiliknya untuk menjadi manusia yang seutuhnya, memiliki kesadaran dan jati diri, memiliki dan mampu memaknai darti hidup dan kehidupan, sekakigus menr=gerti dan mampu memaknai arti kebahagiaan. Siapa saja yang memiliki nafsu ini allah maka janjai allah adalah syurga. Allah berfirman : “…. Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.”

Pesan Untuk Ramadhan
Rasulullah saw dala do’anya “ya Allah berikanlah kami berkah dibulan Rajab, dan Syaban dan sampaikanlah kami kepada bulan ramadhan…” Do’a yang yang dipanjatkan oleh baginda rasulullah saw. selain sebagai perasaan beliau rindu akan keagungan bulan ramadhan akan tetapi rasulullah juga meminta kepada Allah agar di dua bulan sebelum ramadhan diberikan berkah untuk mempersiapkan diri menyambut bulan yang agung tesebut. Salah satu berkah di dua bulan pra ramadhan adalah, pada bulan rajab kita dianjurkan mensucikanan ibadah dengan baik dan benar, sedangkan pada bulan syaban kita dianjurkan untuk memyucikan nafsu dari segala bentuknya agar ketiaka menghadapi ramadhan semuanya sudah dipersiapkan.

Pada bulan Rajab ibadah harus betul-betul dipersiapkan, hubungan muamalah dan syariah harus betul-betul terjamin dan terbebas dari segala bentuk amalan yang dapat merusak ibadah puasa atau justru menghilangkan pahala puasa dibulan ramahdan nanti. Karena banyak sekali amalan-amalan yang mampu menghilangkan pahala puasa  diantaranya adalah berdusta. Amalan-amalan yang baik adalah memperbanyak puasa sunah, membaca alquran, sholat malam dan memperbanyak istighfar dan lain sebgaianya.
 
Jika kebiasaan yang tidak baik sering kita lakukan pada bulan-bulan sebelumnya maka ketika memasuki bulan rajab harus segera ditinggalkan. Kebiasaan yang sering dilakukan biasanya sulit untuk ditinggalkan dan butuh proses yang lama untuk memulai dari awal kembali. Apalagi sesuatu yang buruk biasanya sangat sukar untuk ditinggalkan, tetapi jika untuk melakukan kebaikan justru malah sangat mudah untuk meninggalkannya.

Setiap perubahan butuh waktu dan memakan waktu yang lama sehingga tiga bulan biasanya waktu yang paling efektif dalam hal ini. Salah satunya adalah mengatur pola makan yang tidak teratur menjadi diatur, dan juga harus diperbanyak melakuakn latihan puasa agar tidak kelelahan ketika mengahdapi puasa ramadhan dan banyak lagi hal yang lain yang bisa dilakukan dalam mempersiapkan diri menyambut ramadhan. Hal yang selanjutnya adalah bagaiaman kita menjaga semua anggota tubuh kita melakukan puasa sama seperti halnya mulut yang berhenti dari kegiatan yang namanya makan dan minum. Butuh latihan dan kesiapan tubuh yang kuat pula dalam menghadapi bulan ramadhan yang mulia ini. Sehingga tubuh harus betul-betul sehat dan siap dipakai untuk menjaalankan ibadah puasa.

Setelah latihan fisik kita jalani maka langkah selanjutnya adalah latihan hati. Bagiamana melatih hati agar siap menyambut bulan suci ramadhan dan menjadikan hati tetap terjaga, tetap tenang dan mantap menghadapi bulan ramdhan. Jika hati telah rusak dan dan tercemar dibulan ramadhan maka pahala puasa kita bisa saja hilang akibat hati kita berburuk sangka, iri hati, dengki, dan lain sebagainya. Latihan hati salah satunya adlah bagaiman melawan hawa nafsu yang  dapat membawa kita kepada keburukan, berusaha melawan nafsu ammarah dan nafsu lawwamah. Dengan mengalahkan dua nafsu ini maka nafsu mutmainnahlah yang kan tumbuh dan mengantarkan kita kepada janji allah yaitu  masuk syurga.

Penutup
Bulan rajab telah kita lewati dan saat ini kita memasuki bulan syaban. Persiapan apa sajakah yang telah kita lakukan dalam rangka menyambut bulan ramadhan yang agung ini.? Alangkah baiknya kita mencuci ulang dan introspeksi dengan amalan-amalan yang telah kita lakukan pada bulan-bulan sebelumnya agar amalan tersebut terseleksi, yang baik terus dipertahankan dan yang tidak baik ditinggalkan.

Ramadhan merupakan bulan yang agung, penuh ampunan (magfirah), bulan penuh hikmah, penuh berkah, dan diibaratkan sebagai seribu bulan. Oleh karena itu maka sebisa mungkin kita mempersiapkan diri jauh-jauh hari dalam menyambut bulan yang maha agung ini. Tak salah jika persiapan itu dilaksanakan dari bulan rajab dan bulan syaban. Bulan rajab sebgai bulan taghyirul jism sedangkan pada bulan syaban taghyirul nafs. Sehingga ketika bulan ramadhan tinggal meyempurnakan keduanya untuk lebih kokoh dan mantap dalam menghadap sang pemilik seluruh alam ini. Semoga kita diberikan kekuatan dan diberikan kesmpatan merasakan nikmatnya dalam menjalani puasa ramadhan tahun ini. Amiin.

Ming
Divisi Humas; Dai Hijrah
Universitas Islam Indonesia 2011

           

1 komentar: